Oleh: Aunur Rafiq Saleh, Lc.
Allah swt. berfirman:
وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا سَنَسْتَدْرِجُهُم مِّنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ
“Dan, orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui.” (al-A’raf: 182)
- Di antara bentuk fitnah paling berbahaya adalah mengalirnya kenikmatan terus menerus kepada orang-orang zalim, munafik dan lainnya, lalu mereka mengira bahwa Allah akan mengucurkan nikmat itu selamanya, tanpa menyadari bahwa itu adalah proses menuju siksaan dan hukuman, atau istidraj.
- Istidraj adalah berubahnya nikmat menjadi bencana dan hukuman, zahirnya terlihat baik dan menyenangkan tetapi esensi dan batinnya menjadi siksaan yang pedih. Karena itu sebagian ulama mengatakan bahwa orang-orang kafir pada hakikatnya tidak mendapat nikmat di dunia, sebab hakikat nikmat adalah terbebas dari segala liputan bencana dan bahaya dunia dan akhirat. Sedangkan orang-orang kafir diliputi berbagai kepedihan dan hukuman sehingga mereka menjadi seperti orang yang disuguhi madu tetapi mengandung racun di dalamnya. Jika pemakannya menikmati madu tersebut sesungguhnya mereka tidak sedang menikmati karena akan mengalami kebinasaan.
- Hal-hal yang menyebabkan terjadinya istidraj diantaranya:
Pertama: kelalaian, terutama lalai tidak mau mengikuti peringatan yang disampaikan dan tidak mau mensyukuri nikmat yang diberikan.
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami-pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (al-An’am: 44)
Kedua: kesombongan dan kebanggaan, terutama membanggakan ilmu. Ilmu yang diberikan Allah digunakan untuk menyerang dan meremehkan orang lain, atau memecah belah umat bukan untuk mengayomi dan menyatukan.
فَلَمَّا جَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَرِحُوا بِمَا عِنْدَهُمْ مِنَ الْعِلْمِ وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ
“Maka tatkala datang kepada mereka rasul-rasul (yang diutus kepada) mereka dengan membawa keterangan-keterangan, mereka merasa senang dengan pengetahuan yang ada pada mereka dan mereka dikepung oleh azab Allah yang selalu mereka perolok-olokkan itu.” (al-Mukmin: 83)
Ketiga: menolak kebenaran.
فَذَرْنِي وَمَنْ يُكَذِّبُ بِهَذَا الْحَدِيثِ سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لا يَعْلَمُونَ
“Maka serahkanlah (wahai Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang-orang yang mendustakan perkataan ini (Al-Qur’an). Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui”. (al-Qalam: 44)